Tuesday, 14 June 2016

Artikel Opini :“MENABUNG POHON UNTUK MISI KEMANUSIAAN”

“MENABUNG POHON UNTUK MISI KEMANUSIAAN”
Tanpa kita sadari, dewasa ini keberlangsungan kehidupan kita telah terancam  diambang kehancurannya. Bumi yang dulu sebagai tempat kita hidup dan menjadi sumber penghidupan bagi kita, seolah tidak lagi bersahabat dengan kehidupan manusia. Berbagai fenomena alam sering terjadi akhir-akhir ini  seperti banjir, tanah longsor, tercemarnya laut, sedimentasi sungai, bahkan udara yang kita hirup telah terpolusi. Semua itu merupakan ancaman serius bagi kelangsungan kehidupan kita.
‘Kegersangan’ bumi yang tidak lagi mampu memberikan penghidupan bagi kehidupan manusia terbukti nyata dengan krisis yang sedang kita hadapi dewasa ini, yaitu krisis akan energi serta krisis akan ketahanan pangan bagi kita. Krisis akan energi serta akan pangan tersebut ditandai dengan semakin susahnya akses masyarakat untuk memenuhi kebutuhan akan energi dan kebutuhan pangan. Untuk memenuhi kebutuhan pangan saja kita harus tergantung dari impor. Sebagaimana di kutip dalam www.detik.com kamis, 03/01/2013, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor pangan di bulan November 2012 mencapai 1,8 juta ton atau senilai US$ 921 juta. Secara komulatif (Januari - November 2012) impor komoditas ini adalah 16 juta ton atau US$ 8,5 miliar atau Rp 80,75 triliun. Agustus, impor pangan mencapai 1,2 juta ton atau US$ 589 juta. September terus naik ke angka 1,5 juta ton atau US$ 743 juta dan bulan sebelumnya (Oktober), impor pangan tercatat 1,7 juta ton atau US$ 907 juta. Sedangkan dalam kontek krisis akan energi yang ditunjukan dengan tingkat konsumsi energi primer per kapita di Indonesia dalam lima tahun terakhir masih rendah dibandingkan rata-rata dunia, berfluktuasi 5,4  –  5,8 SBM dan  konsumsi energi final 2,0  –  3,0 SBM (Indonesia Energy Outlook ,2010). Bahkan akhir-akhir ini kita juga sedang mengalami kelangkaan akan ketersediaan gas LPG dan BBM. Untuk listrik saja, tingkat rasio eletrifikasi nasional hingga 2010 baru mencapai 67,20 persen, yang berarti belum semua masyarakat kita menikmati akan listrik.
Kondisi tersebut merupakan warning atas keberlangsungan kehidupan sekaligus tanggung jawab bagi kita saat ini demi kehidupan  generasi di masa yang akan datang. ‘Kegersangan’ bumi yang tidak lagi memberikan manfaat tetapi justru menjadi ancaman bagi kehidupan kita, merupakan dampak dari perlakuan kita yang kurang arif terhadap bumi dengan segala kekayaan alam yang ada didalamnya. Dimana telah terjadi pengeksploitasian kekayaan alam atas bumi kita secara berlebihan tanpa memperhatikan kelestariannya. Hutan sebagai sumber kekayaan alam dengan berbagai manfaatnya telah dikuras habis demi ekonomi. Banyak hutan dirusak demi kepentingan industri, pertanian liar yang berpindah-pindah, dan pembalakan liar. Hal ini menyebabkan kerusakan ekologi bumi yang luar biasa. Dan kerusakan ekologi inilah penyebab utama pemicu peningkatan pemanasan global.
Seperti kita ketahui dampak dari pemanasan global ini telah mengancam sendi-sendi kehidupan bagi manusia. Banjir, bencana tanah longsor, kekeringan, serta kekurangan air bersih di sejumlah wilayah di Indonesia merupakan bukti nyata ancaman bagi kelangsungan hidup kita dewasa ini. Lebih dari itu, dampak dari adanya pemanasan global ini dapat memicu terjadi konflik sosial akibat perubahan sumber daya lingkungan hidup serta akses untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik semakin sulit (Baca: Perspektif Baru Pembangunan untuk Menanggulangi Krisis Pangan dan Energi, IPB, 2008, hal; 46).

Dengan demikian, peran hutan menjadi penting dalam menyelamatkan kita dari degradasi kualitas kehidupan dewasa ini. Menurut laporan Badan Lingkungan PBB (United Nations Environment Program) berjudul “Green Economy”  yang dikutip dalam www.redaksihijau.com tanggal 14/06/2011, menyebutkan bahwa hutan adalah salah satu sektor penting untuk menciptakan ekonomi rendah karbon dan ekonomi hijau yang mampu memanfaatkan sumber daya secara efisien. Bahkan dalam laporan terbarunya, PBB menyebutkan, berinvestasi – walau dalam jumlah minimal – di sektor kehutanan, bisa mengurangi lebih dari separuh tingkat penggundulan hutan, menciptakan jutaan lapangan kerja baru dan membantu memerangi dampak perubahan iklim. Pada tahun 2007, menurut  buku laporan State of the World Forets, FAO (Food and Agriculture Organitation), Indonesia merupakan negara urutan ke-8 atas kepemilikan hutan alam terbesar di dunia, sekaligus negara urutan ke-2 dengan laju kerusakan hutan tertinggi dari sepuluh negara. Sepanjang tahun 2000-2005 laju kerusakan hutan kita telah mencapai 1,87 juta hektar.
Maka gerakan menabung pohon merupakan langkah nyata sebagai bentuk tanggung jawab dan keinsyafan kita atas perlakuan tamak kita terhadap bumi. Hal ini perlu dilakukan guna menyelamatkan kehidupan di masa sekarang dan kehidupan di masa yang akan datang, demi kamanusiaan itu sendiri. Kendati demikian, gerakan menabung pohon tidak semata dipahami sebagai pragmatisme penghijauan hutan dalam jumlah tertentu. Lebih dari itu, gerakan ini seyogyanya menjadi keterpanggilan kemanusiaan demi misi penyelamatan akan kehidupan bagi kita semua seluruh lapisan masyarakat dan juga pemerintah. Sehingga dibutuhkan sinergi antara masyarakat dan pemerintah dalam misi kemanusiaan ini. Sebab percuma saja bagi kita yang telah insyaf dan sadar untuk melakukan gerakan manabung pohon sekecil apapun itu, akan tetapi pemerintah sebagai regulator tidak mampu memberikan jaminan kelestarian bagi hutan kita melalui peraturan dan perundang-undangan yang ada. Secara politik, kerusakan hutan terjadi karena adanya perilaku politik aparatur negara baik di tingkat pusat maupun daerah dalam memberikan izin pengolahan hutan untuk kepentingan ekonomi. Maka ketika kesadaran gerakan menabung pohon itu telah tumbuh di kalangan masyarakat, bahkan pemerintah sendiri telah memberikan teladan dengan gerakan menanam satu miliyar pohon melalui kementrian kehutanannya, akan percuma ketika tidak ada peraturan dan kepastian hukum bagi mereka pelaku perusakan hutan kita.
Dengan demikian, gerakan menabung pohon ini merupakan tanggung jawab kita semua sebagai anak bangsa. Adalah tanggungjawab kita bersama guna memajukan kesejahteraan umum dengan meningkatkan kualitas kehidupan yang lebih baik bagi kita semua. Karena bumi adalah milik kita, segala kekayaan yang ada didalamnya dikelola sedemikian rupa sebagaimana diatur dalam konstitusi UUD 1945 demi kemakmuran rakyat yang sebesar-besarnya. Maka gerakan manabung pohon merupakan bagian integral pembangunan ‘hijau’ yang tentunya akan lebih menjamin kesejahteraan di masa depan. Mari kita gemakan di seluruh pelosok negeri hingga ke seluruh penjuru dunia demi kehidupan dan kemanusiaan!.

Yogyakarta, 10 Mei 2013
FX. Hengki Parahate





No comments:

Post a Comment