Friday, 2 October 2020

NARASI PERGUMULAN

 

Bagian III

Esensi

Bekerjalah pada suatu yang engkau cintai? Tidak semudah mengatakanya dalam praktik. Terkadang justru luka yang akan kita terima akibat ke-cintaan itu. Semua bersifat komplemen dan paradoksal.

Mencintai segala sesuatu yang kita lakukan adalah baik tapi bukanlah sebuah kebenaran apalagi pembenaran terhadap cara – cara kita terhadapnya. Dinamika jiwa tidak bisa dinormatifkan, sebab ia merdeka dan peka terhadap segala sesuatu kondisi dan nurani sebagai timbangannya.

Hanya saja, kita terbentur pada kondisi pekerjaan yang mendasarkan pada euphoria action tanpa menghidupi esensi. Memang akan begitu megah kelihatannya, namun miskin akan esensi. Solusinya adalah melawan dan mendobrak tembok pengukung jiwa. Menjadi terasing dari sebuah kondisi abnormal jauh lebih terhormat, daripada terhormat dalam kondisi abnormal itu sendiri.

Mendidik adalah pekerjaan kemanusiaan dan ukurannya adalah kemanusiaan itu sendiri. Namun sayang, sistem mempersempit ruang gerak jiwa untuk berkarya dalam Pendidikan. Semua serba pasti dan terukur dengan ukuran – ukuran yang tidak esensi. Pendidikan deweasa ini adalah pekerjaan mencipta yang abai mengolah rasa bisa merasa. Menajamkan logika tanpa nurani. Memperjuangkan adab tapi kehilangan adab. Ahistoris dan eutopis, jauh dari realita kemanusiaan itu sendiri.

Untuk dapat menemukan esensi, harus mau berpikir keras dan merenung atas apa yang kita jalani. Jalani hidup kita, dan hidupi yang kita jalani.

 

Catatan permenungan : Hengki P., Kamis, 1 Oktober 2020

 

 

No comments:

Post a Comment